Resume Kajian – Keluarga Surgawi
Disampaikan oleh : Ustadz Adi Hidayat, Lc., MA.
Youtube Channel : Adi Hidayat Official (link youtube channel)
Pedoman-pedoman yang disampaikan oleh para Rasul sebelum Rasulullah s.a.w
sifatnya adalah khusus untuk umat tertentu saja, umat dimana Rasul itu diutus.
Akan tetapi petunjuk dan pedoman yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w (Al-Qur’an)
ini adalah istimewa, ia bersifat dan berlaku secara universal untuk seluruh
umat manusia. Ada banyak pedoman yang disampaikan di dalam Al-Qur’an, termasuk
dalam hal ini pedoman membentuk keluarga surgawi yang diidamkan.
Dalam Q.S. At-Thur ayat 21, Allah berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang
beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan
dengan anak cucu mereka dengan mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal
(kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.”
Ayat ini diawali dengan penyebutan orang-orang yang
beriman. Iman diartikan sebagai keyakinan tanpa ragu, adapun pembuktiannya
adalah melalui amal sholeh yang dilakukan. Oleh karena itu biasanya pada ayat
yang menyebutkan kata iman akan diikuti dengan amal sholeh. Namun jika dalam
suatu ayat, kata iman tidak diikuti kata amal sholeh seperti pada ayat diatas,
hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan orang beriman tersebut sudah
secara otomatis telah merutinkan amal sholehnya (sudah terbiasa).
Jika kita kemudian merutinkan karakter hidup seperti
ini, dan kemudian pola ini dapat pula diikuti oleh seluruh keturunan kita
setelahnya, maka insyaAllah kita beserta anak-cucu dan keturunan kita tersebut
akan dipertemukan kembali di surga-Nya. Apapun yang kemudian kita usahakan untuk
mewujudkan semua ini, setiap ikhtiar itu akan Allah nilai dan akan di balas
dengan sebaik-baiknya.
Dalam ayat lain, Allah berfirman yang artinya, “Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. An-Nisa’ : 9)
Ayat ini memotivasi kita agar tidak menjadi lemah dan
meninggalkan anak-anak kita dalam keadaan lemah pula. Ada beberapa indikator
kelemahan yang harus dihindari, yaitu lemahnya iman dan amal sholeh yang
dikerjakan, lemahnya pengetahuan dan lemahnya harta yang dikhawatirkan akan
menjerumuskan mereka pada ketidakberdayaan mempertahankan iman.
Selain pedoman, Al-Qur’an juga berisi kisah-kisah yang
dapat dijadikan teladan dalam kehidupan. Salah satu contoh keluarga yang dapat
dijadikan teladan dalam mewujudkan keluarga surgawi adalah kisah keluarga Imran
yang diceritakan dalam Q.S Ali Imran. Kata Ali disini menunjukkan hubungan
kekeluargaan, baik itu keturunan maupun kerabat (famili dan sahabat karib). Beberapa
keteladanan keluarga ini dalam menjaga keluarganya:
1. Do’a yang senantiasa mengiringi proses, baik ketika
menikah, hamil dan menyambut kelahiran anak.
2. Nama, pemberian nama yang baik sesuai harapan
orangtua karena nama itu adalah do’a.
3. Merawat, mendidik dan mencarikan guru terbaik (sholeh
dan pintar) serta memberikan tempat terbaik bagi anaknya.
4. Konsisten, amal-amal tersebut dilakukan secara
konsisten oleh keluarga ini hingga kemudian Allah karuniakan Maryam dan darinya
dilahirkan ‘Isa a.s.
Pemeliharaan yang baik dari kedua orangtua dan guru
sekaligus pamannya sendiri (Nabi Zakaria) kemudian menjadikan Maryam sebagai
wanita yang sholehah dan begitu terjaga kedekatannya pada Allah. Seperti yang
diceritakan dalam Q.S. Ali Imran ayat 37 yang artinya, “Maka Tuhannya
menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan
pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap
Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya.
Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?"
Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah
memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”
Dalam ayat lain, Allah menceritakan bagaimana keluarga
yang mampu bersabar menjaga keimanan dan amal sholeh mereka ini kemudian akan
dipertemukan kembali di surga; “(yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke
dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya,
isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): ‘Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu.’ Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Q.S.
Ar-Ra’d : 23-24)
Begitu pula dengan orang-orang yang menjadikan
keluarganya sebagai Ahlul Qur’an akan ada balasan terbaik dari Allah seperti
yang disebutkan pada Q.S Fatir ayat 33 yang artinya, “(Bagi mereka) syurga 'Adn
mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan
gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya
adalah sutera.”
Menjadi Ahlul Qur’an bukan hanya sekadar banyak-banyakan
menghafal ayatnya, tapi juga bagaimana kita mendalami dan mengamalkannya serta
memberi kebermanfaatan bagi orang-orang di sekitarnya. Semoga kita bisa
mewujudkan keluarga surgawi yang sama-sama kita cita-citakan itu. Allahumma aamiin.
Tidak ada komentar: