Resume Kajian – Rahasia Menciptakan Dampak Besar dengan Berbicara Lebih Ringkas
Disampaikan oleh : Merniyanti, S.E, C.S.TMI
Nge-online Bareng CV. Teens
Pro Indonesia (https://www.instagram.com/teensproindonesia/)
Diantara kita pasti ada yang pernah berada dalam suatu kondisi atau
situasi yang terkadang memaksa kita untuk angkat bicara, menyampaikan suatu
pendapat atau gagasan kepada pendengar tertuntu. Saat kita diberi kesempatan
berbicara di depan sebuah forum, berbicara lebih ringkas tentu biasanya akan
lebih disukai oleh para audiens. Akan tetapi, pada kenyataanya ketika
menyampaikan sesuatu, terkadang kita juga belum tentu mampu menyampaikannya
seefektif mungkin, bahkan bisa jadi terkesan bertele-tele atau berputar-putar
dari topik utamanya terlebih dahulu.
Ada tiga alasan mengapa kita kerap tergoda untuk berbicara panjang
lebar dan cenderung tak tentu arah :
·
Motif Tidak Menguasai, jika kita
tidak menguasai bahan tertentu dan tiba-tiba diminta untuk berbicara tentang
topik tersebut, bisa jadi kita justru berbicara terlalu banyak untuk menutupi
ketidaktahuan diri sendiri.
·
Motif Memberi Lebih, barangkali
kita memang telah menguasai topik tersebut dan ingin menyampaikan sebanyaknya
kepada audiens, akan tetapi bisa jadi saat itu audiens yang menjadi target
justru sedang tidak memiliki kebutuhan untuk mendapatkan informasi lebih.
·
Motif Egoisme, hal ini dapat
terjadi jika dalam diri kita terdapat keinginan untuk dikesankan sebagai orang
yang cerdas, terkenal dan berpengetahuan di mata para audiens sehingga
terkadang kita justru berbicara secara berlebihan, tidak sesuai dengan
kebutuhan.
Sementara itu, audiens di era modern ini telah semakin berkembang pengetahuannya
dan cenderung mengalami sindrom 4i berikut:
-
Information overload, yakni terlalu banyak
menerima informasi sehingga kerap mengalami kebimbangan dalam menentukan mana
informasi yang bersifat fakta dan mana yang hoaks semata.
-
Inattention, yaitu persaingan atensi antara
fokus kepada pembicara atau pikiran sendiri atau bisa jadi fokusnya juga
terbagi karena notifikasi-notifikasi pada handphonenya.
-
Impatience, yakni ketidaksabaran
audiens untuk segera mendapatkan informasi, keinginan untuk mendapatkan segala
sesuatu yang serba instan dan cepat.
-
Interruption, yaitu keadaan dimana ada sesuatu
yang kemudian menjadi distraksi tertentu dan mengganggu fokus audiens, bisa
jadi dari notifikasi hp maupun distraksi lingkungan/orang disekitarnya.
Adanya beberapa sindrom diatas kemudian menuntut kita sebagai pembicara
atau komunikan untuk mampu menguasai kembali perhatian audiens kita dengan cara
berbicara yang lebih singkat tapi tetap memberikan dampak sesuai dengan yang
diharapkan. Kita dapat menerapkan beberapa kaidah berikut dalam menyederhanakan
pesan yang akan disampaikan pada audiens:
1.
Jangan over explain, hindari
memberi banyak informasi sekaligus.
2.
Gunakan konsep 5W dan cukupkan
2W+1H (Why, What dan How) saat presentasi.
3.
Lebih banyak menggunakan kata-kata
yang kongkrit dan memunculkan gambaran yang ditargetkan.
4.
Memberikan waktu jeda untuk
membuat audiens kembali memperhatikan.
5.
Memetakan alur bicara kita (BRIEF)
BRIEF :
B – Background, konteks dan latar belakang masalah
R – Reason, alasan mengapa pembahasan kali ini penting
I – Information, sampaikan pesan inti kita
E – End conclusion, berikan kesimpulan dari pesan tersebut
F – Follow up, beri kesempatan audiens bertanya/adanya hubungan timbal
balik.
Semoga setelah memahami konsep berbicara yang efektif seperti yang
telah diuraikan diatas, kita bisa menerapkannya dalam kesempatan-kesempatan
berbicara berikutnya sehingga audiens juga dapat lebih cepat menerima informasi
yang kita sampaikan dengan lebih tepat.
Selamat mempraktikkannya, sahabat.
Tidak ada komentar: