Berani Bermimpi, Berani Merealisasi
Setiap manusia memiliki takdir
tersendiri yang telah digariskan sejak sebelum ia dilahirkan. Takdir akan membawa pada tujuan mengapa ia
diciptakan, dan untuk mencapai titik bernama tujuan tersebut tentu memerlukan jalan
yang kita sebut dengan proses kehidupan. Ada banyak jalan yang menjadi pilihan
untuk bisa mencapai tujuan, dan untuk menemukannya diperlukan sebuah keberanian
untuk bergerak berdasarkan harapan.
Ya, harapan. Cita-cita. Impian. Sesuatu
yang membangkitkan semangat untuk bersegera dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Bermimpi itu gratis, tak berbayar, tanpa pajak, dengan jangka waktu
dan rentang usia yang tidak terbatas pula, tapi nyatanya ada begitu banyak
manusia yang takut merangkainya.
Semakin dewasa, biasanya mimpi-mimpi
akan mulai dikerucutkan berdasarkan realita, seolah mimpi adalah hal yang
begitu rumit adanya. Padahal jika dijadikan pemantik yang benar, mimpi akan
menjadi pemicu dan pemandu menuju kesuksesan dalam kehidupan. Sadar ataupun
tidak, kebanyakan fase hidup kita adalah untuk merealisasi mimpi-mimpi, apakah
menjadi perealisasi mimpi sendiri, atau perealisasi mimpi bagi orang lain.
Bill Gates pernah berkata, jika kita
tidak membangun mimpi kita sendiri, maka seseorang akan mempekerjakan kita
untuk membangun mimpi-mimpi mereka. Ini bermakna dan kembali mengingatkan kita untuk
senantiasa bekerja keras dalam merealisasikan setiap mimpi yang ingin diraih.
Jika tidak, maka mimpi-mimpi tersebut akan tenggelam seiring berjalannya waktu
dan kesibukan diri membangun mimpi-mimpi orang lain yang lebih dulu bekerja
keras dan bekerja cerdas dibanding diri sendiri.
Hanya saja, kebanyakan dari kita,
terlebih yang telah memasuki fase dewasa umumnya memiliki masalah dalam
keberanian mengambil resiko dalam merealisasi mimpi. Bayangan kegagalan seringkali
berhasil menekan lebih dalam suatu harapan akan keberhasilan. Sehingga ketika
berbicara tentang mimpi seolah menceritakan angan-angan kosong belaka. Lalu
bermunculan persepsi untuk tidak lagi bermimpi yang terlalu tinggi, terlalu
sakit jika jatuh nanti. Belum apa-apa sudah lebih dulu dibuat ciut nyalinya,
dijadikan gagal sebelum berusaha.
Ada banyak hal yang terlihat begitu
sulit ketika belum dicoba, tapi ternyata terasa begitu mudah setelah kita
berhasil mengetahui cara melakukannya. Itulah bagian dari ilusi sebuah persepsi.
Begitupula dengan mimpi. Bisa jadi mimpi yang sedang kita rangkai hari ini
tampak begitu sukar dan tidak mungkin untuk dicapai. Namun begitu kita mulai
bergerak, menggunakan segala daya dan upaya dengan keteraturan diiringi do’a,
bukan tidak mungkin pencapaian terbaik akan segera didapatkan. Mengapa masih
ragu untuk mulai menggantungkan mimpi ?
Masalah berikutnya adalah ketakutan diri
akan sebuah kegagalan. Takut gagal adalah mental yang akan menghancurkan
kepercayaan diri juga keyakinan terhadap usaha yang telah dilakukan. Setiap
pilihan yang diambil dalam hidup tentu memiliki resiko tersendiri. Pengambilan resiko adalah salah satu kunci
dari kesuksesan, karena tanpa keberanian mengambil resiko mustahil sesuatu
dikerjakan dan hasil didapatkan, sehingga akan tetaplah kita disatu fase
bernama kegagalan. Bangunlah sebuah persepsi yang baik dan memotivasi diri
sehingga mampu menyingkirkan semua pikiran buruk yang menjadi hambatan dalam
proses pengambilan keputusan.
Pikiran buruk biasanya muncul karena
kurangnya persiapan. Maka sangat penting untuk diperhatikan berbagai persiapan
sebelum memastikan langkah yang akan dikerjakan. Pemahaman akan situasi serta
perencanaan berbagai kemungkinan yang akan dihadapi tentu akan sangat membantu
membangun mental yang lebih berani dengan penuh percaya diri. Orang yang naik
panggung tanpa persiapan, maka ia akan turun panggung tanpa penghormatan.
Begitu kata Cicero, seorang filsuf juga orator yang termahsyur pada zaman
Romawi.
Bukalah mata, lihat sekitar kita,
renungi sejenak setiap fase yang telah dilewati hingga diri sampai ke tahap
sekarang ini. Ada banyak hal yang sejatinya bisa dijadikan pembelajaran dalam
kehidupan. Begitupula dengan berbagai pencapaian yang telah didapatkan. Jadikan
semua itu sebagai motivasi menapaki proses selanjutnya, untuk menggapai
keberhasilan yang berikutnya. Munculkan kembali perasaan gembira yang pernah
dirasakan, jadikan ia sebagai cadangan energi untuk melanjutkan perjuangan.
Mungkin kita juga pernah hampir
menyerah pada suatu titik krisis yang dialami dalam proses meraih mimpi. Begitu
sukar dan terasa beratnya masalah yang menghambati. Akan tetapi, ketika
hambatan itu dikenang lagi dimasa kini, tentu akan terasa biasa saja dan pasti
bisa melaluinya. Ingat kembali masa-masa keberpasrahan diri yang tidak berhenti
walau banyak masalah yang harus dihadapi. Seperti halnya selalu ada pelangi
setelah hujan, maka akan selalu ada solusi dari setiap permasalahan. Jangan
buru-buru berhenti sebelum benar-benar mencapai tujuan.
Jelikan pandangan melihat peluang
dari setiap kejadian. Bisa jadi suatu peristiwa di hari ini merupakan peluang
besar guna mewujudkan mimpi. Bertemu dengan salah satu tokoh sukses disuatu
forum, misalnya. Gunakanlah kesempatan
emas ini untuk mendapatkan banyak tips-tips jitu bermanfaat dari tokoh yang
dimaksud, sekaligus mencoba menjalin relasi melalui kesan pertama yang baik dan
berlanjut pada perjumpaan-perjumpaan berikutnya. Ibarat pepatah, sekali
mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Begitulah, terkadang kita hanya perlu
membiasakan diri untuk menghadapi berbagai situasi, agar diri lebih siap
menjadi pribadi yang tahan banting dalam proses merealisasikan sebuah mimpi. Menjadikan
pelajaran dari setiap momentum kehidupan agar setiap kegagalan yang pernah
dialami dijadikan semangat perubahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan
semakin dekat dengan perealisasian mimpi. Berani bermimpi, berani merealisasi !
Lihat tulisan lainnya yuk : Buku Wirdha , Beasiswa , Tugas dan Artikel lainnya.
Project terbaru dari #TulisanWirdha : A Note For Myself
Berani Bermimpi, Berani Merealisasi
Reviewed by Wirdha Listiani
on
April 25, 2020
Rating:
Tidak ada komentar: