Resume Kajian – Ngaji Jomblo (Part 1)
Disampaikan oleh : Ustadz Felix Siauw
Channel Youtube : Felix Siauw (link youtube channel)
Ngaji Jomblo 1 – Agar Tidak
Menyesal Setelah Menikah
Diceritakan kisah seorang pemuda yang berniat akan mencari kayu di
tengah hutan. Ia ingin mencari kayu dengan kualitas terbaik di hutan tersebut.
Ketika memasuki hutan, ia menemukan salah satu kayu yang baik dan bagus, cukup
sesuai dengan kualitas yang tadinya ia cari. Namun, karena masih di awal
perjalanan sudah menemukan yang baik, ia kemudian meyakini bahwa di depan sana
pasti tersedia kayu yang lebih baik dan lebih bagus lagi. Maka ia pun
melanjutkan perjalanannya. Di setiap perjalanan, ia sebenarnya sudah menemukan
kayu yang sesuai dengan kualifikasi. Akan tetapi dengan semangat untuk mencari
yang lebih baik dan lebih sempurna, ia terus mengabaikan kayu-kayu tersebut
sembari melanjutkan perjalanan. Bahkan setelah hampir mencapai jalan keluar
dari hutan tersebut, ia masih tidak memilih satu pun dari kayu yang tersedia.
Hingga akhirnya ia keluar dari hutan dengan tangan yang hampa.
Bagitu pula dengan perjalanan mencari jodoh kita. Seringkali kita
terjebak dalam ekspektasi mencari yang lebih baik dan lebih baik lagi, sehingga
terkadang saat sinyal sudah Allah hadirkan, kita masih enggan menoleh dan
meneruskan perjalanan serta pencarian. Pada akhirnya ketika tersadar telah
melepaskan segala kesempatan dan pilihan, barangkali kita akan secara
sembarangan memilih partner hidup atau bahkan kemudian menjalani hidup dengan
kesendirian hingga akhir hayatnya. Mencari yang terbaik memang perlu, tapi yang
perlu disadari adalah tiadanya kesempurnaan pada diri setiap insan. Kesempurnaan
hanyalah milik Allah semata. Maka luruskan kembali persepsi kita dalam
perjalanan menjemput jodoh terbaik ini, agar kita tidak menyesal pada setiap pilihan
setelah melangsungkan pernikahan nantinya.
Ngaji Jomblo 2 – Menikah Itu
Mulai Dari Persepsi
Menikah itu adalah ibadah terpanjang dalam kehidupan manusia. Sangat
disayangkan jika menikah hanya dijadikan ajang pencarian dan pembuktian
romantisme kedua insan semata. Bahkan pernikahan itu sendiri sebenarnya adalah
gerbang dari permasalahan-permasalahan baru yang sedang menanti di masa
mendatang. Bersedia menikah, artinya kita juga bersedia menghadapi berbagai
problematika baru bersama pasangan kedepannya. Bayangan “Live happily ever
after,” itu hanya terjadi dalam dongeng-dongeng pengantar tidur belaka. Tidak
ada kehidupan yang tidak akan menemui permasalahan, hanya saja setelah menikah
kita memiliki partner untuk menghadapi masalah itu secara bersama. Beban yang
tadinya ditanggung sendiri, bisa dibagikan kepada pasangan halal kita. Berproses
bersama dalam menghadapi badai dalam kehidupan berumah tangga.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak ada yang namanya
manusia sempurna, termasuk pasangan kita nantinya. Dalam proses memilih calon
pasangan, diperlukan beberapa kriteria yang menjadi poin penting yang harus
kita cari pada dirinya. Kriteria ini bisa berbeda antara orang yang satu dengan
yang lainnya, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing diri. Menikahlah
dengan orang yang kita butuhkan, orang
yang bisa menerima dan akan melengkapi segala kekurangan diri kita. Menikah
karena cinta memang diperbolehkan, bahkan disebutkan bahwa tidak ada jalan lain
bagi kedua orang yang sudah dimabuk cinta kecuali dinikahkan. Akan tetapi itu
pada kasus yang sudah “tak tertolong lagi”, perasaan yang sudah tak mampu
dibendung lagi, maka pernikahan bagi keduanya adalah sebuah solusi terbaik.
Namun, dalam kondisi yang normal dan masih mampu dikontrol kesadaran dirinya,
maka memilih pasangan terbaik tidaklah berlandaskan perasaan semata, melainkan
pada tujuan jangka panjang yang ingin dicapai bersama; rumah tangga hingga ke
syurga.
Ngaji Jomblo 3 – Nikah 101
Dalam membahas pernikahan pasti tidak akan jauh-jauh dari harapan kita
semua untuk bisa membangun keluarga yang SAMARA (Sakinah, Mawaddah wa Rahmah).
Tiga kata ini merupakan harapan tertinggi setiap keluarga, juga do’a-do’a yang
baik dari orang-orang terdekat kita. Sakinah sendiri dapat diartikan sebagai
kata yang bermakna; berhenti, mapan atau stabil. Sebelum menikah, masing-masing
kita sebenarnya cenderung labil atau masih goyah dalam segala sesuatunya.
Setelah menikah, insyaAllah kelabilan ini akan berkurang karena Allah akan
turunkan perasaan sakinah ini pada hamba-Nya.
Beberapa bentuk perasaan sakinah yang Allah hadirkan dapat berupa
ketentraman hati seiring dengan hadirnya pasangan di dekat kita. Bisa jadi,
cukup dengan memastikan kehadiran pasangan halal kita dihadapan diri, seluruh
beban yang tadinya dirasakan ketika di luaran (aktivitas diluar rumah atau yang
jauh dari pasangan), rasa penat yang hadir setelah berbagai kegiatan harian
akhirnya dapat menguap secara perlahan hanya dengan melihat dan merasakan
kehadiran dirinya di sisi kita. Dan sangat perlu digarisbawahi bahwa sakinah
ini bukanlah buatan manusia, melainkan ketenangan hati yang hanya Allahlah yang
berkuasa untuk menurunkannya pada setiap hamba-Nya yang telah berkeluarga.
Ngaji Jomblo 4 – Nikah 102
Hal berikutnya yang menjadi satu dalam paketan do’a bagi para pengantin
baru adalah do’a agar keluarga kecil itu mendapatkan rasa mawaddah dalam
kehidupan berumah tangga mereka. Mawaddah sendiri dapat diartikan sebagai
perasaan menggebu, bergejolak, dan hal-hal berkaitan dengan ketertarikan secara
fisik antara suami dan istri. Islam adalah agama yang menyeluruh, aturannya
dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal perasaan dan
nafsu yang pasti dimiliki oleh setiap hamba secara fitrahnya. Untuk menyalurkan
dan menyampaikan nafsu (syahwat) tersebut dengan cara yang baik dan halal,
bahkan dinilai sebagai suatu ibadah kepada-Nya maka diturunkanlah syari’at
pernikahan ini bagi setiap muslim. Secara fitrah, setiap hamba perlu
menyalurkan hasratnya kepada pasangan dan dalam hal ini sangat perlu dipahami
bahwa aturan tersebut hanya berlaku bagi pasangan halalnya (suami-istri) saja.
Adapun hasrat yang disalurkan kepada pasangan halal ini akan menjadi suatu
kebaikan dan melahirkan banyak kebaikan-kebaikan berikutnya bagi keluarga
mereka.
Setelah rasa mawaddah, harapan akan hadirnya rahmah Allah dalam suatu
keluarga juga merupakan do’a yang senantiasa kita lantunkan secara bersamaan.
Rahmah dapat diartikan sebagai kasih sayang. Allahlah pemilik sejati segala
sesuatu di dunia ini, termasuk pemilik dari segenap rasa kasih sayang itu
sendiri. Dari besarnya kasih sayang yang dimiliki-Nya kemudian diturunkan
sedikit saja kepada yang di Bumi sehingga setiap makhluk dapat saling
mengasihi. Kita senantiasa berharap agar Allah kemudian mencurahkan rahmah-Nya
ini dalam keluarga kita sehingga senantiasa berkasih sayang antaranggota
keluarga. Saat-saat dimana kita mungkin diuji dengan berbagai kekurangan maupun
kesalahan yang dilakukan oleh pasangan, semoga kita dapat memaafkan dan tetap
berlaku lemah lembut, alih-alih marah kepadanya. Semoga Allah jadikan keluarga
kita menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah seperti yang diharapkan
setiap hamba.
Ngaji Jomblo 5 – Nikah 103
Dalam setiap ibadah maupun aktivitas yang dilakukan, mendasarinya
dengan pertanyaan “Mengapa?” barangkali akan membantu kita untuk lebih memahami
urgensi dan alasan-alasan yang ada dapat menjadi motivasi bagi kita untuk
menunaikan segala perintah-Nya. Begitu pula dalam hal pernikahan, semua
dikembalikan kepada “It’s all about why?!”. Mengapa kita harus menikah? Mengapa
kita kemudian lebih condong untuk memilih calon pasangan kita (jika sudah ada) dibandingkan
yang lainnya? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini kemudian akan mengantarkan
kita pada suatu jawaban yang kemudian menjadi landasan kita dalam menunaikan
ibadah yang disebut dengan pernikahan ini yakni sebagai perwujudan penghambaan
kepada Allah.
Menikahlah karena Allah, landasilah dengan niatan ibadah untuk
membangun keluarga islami sebagai bagian menuju peradaban yang madani. Menikah
bukan tentang adu cepat atau sekadar gaya-gayaan semata. Menikah adalah tentang
bagaimana menemukan seseorang yang paling tepat dan telah memiliki persiapan
yang matang, baik itu persiapan ilmu, mental maupun ekonomi yang telah memadai.
Memilih pasangan yang tepat dengan kriteria mampu membersamai kita dalam proses
merealisasikan tujuan atau visi-misi pernikahan yang telah kita pahami
sebelumnya.
Tidak ada komentar: