Katanya, hidup ini adalah suatu siklus panjang yang berulang. Beberapa
tahapan yang saling mendukung untuk mencapai satu titik puncak yang dituju. Tahapan-tahapan
itu akan diulang kembali setelah sekian lama dilewati.
Suatu ketika dimasa kecil kita, diri masih dalam kondisi yang lemah dan
selalu membutuhkan bantuan untuk apapun aktivitas yang dikerjakan. Lalu mulai
beranjak remaja dan dewasa sehingga mampu melakukan semua secara mandiri
tentunya. Kemudian selang waktu berganti, kita mulai menua dan kembali
membutuhkan bantuan orang-orang disekitar kita. Satu siklus yang mengajarkan
kita bahwa suatu saat nanti kita akan kembali pada satu titik terlemah diri. Titik
dimana kita pada akhirnya menyadari betapa berharganya keberadaan orang-orang
disekitar kita, sekaligus sebagai warning agar memanfaatkan masa muda dengan
sebaiknya dan mengasah kepedulian pada sesama.
Dalam petunjuk hidup yang pesannya abadi sepanjang masa, kita juga
diajarkan bahwa hidup tidak hanya berlangsung di dunia yang penuh fatamorgana
ini belaka. Siklus hidup kita bermula dari kematian, dimana kita masih belum lagi
berwujud sebagai makhluk hidup yang kelak akan dijanjikan sebagai pemimpin di
muka bumi. Lalu tatkala kehidupan itu hendak dipermulakan, ruh pun ditiup pada
segumpal darah yang telah bertumbuh di dalam kandungan, membawa serta segala
takdir diri sesuai perjanjian yang telah disepakati.
Sekian masa kemudian dilewati didunia yang fana ini dengan segala
perhitungan amalan baik dan buruk yang telah dikerjakan, hingga tiba pada batas
yang bernama kematian itu lagi dan harus berpisah dengan segala keduniawian
yang telah dimiliki. Lalu siklus hidup itu bermula lagi ketika seluruh jiwa
dibangkitkan kembali dihadapan Sang Kuasa untuk mempertanggungjawabkan segala
perbuatan dalam fase kehidupannya yang pertama. Setiap kita akan mendapatkan
balasan yang paling adil dan kembali memulai kehidupan seperti semula, tetapi
kehidupan kali ini adalah kehidupan yang abadi dan tidak akan bermula sebagai
siklus berulang itu kembali. Entah itu abadi di surga yang penuh dengan
kenikmatan tak tertandingi, atau pada neraka yang panasnya mampu mendidihkan
segala isi kepala para penghuninya.
Ah, tidakkah dengan mengingat siklus ini membuat diri kemudian
menginsafi segala khilaf dan dosa yang telah kita perbuat sepanjang usia?
Masihkah kita bisa bersantai sementara hidup yang berbatas waktu ini akan
segera usai?
A Note For Myself – Wirdha Listani
Tidak ada komentar: