Sekelumit Rumit - A Note For Myself


Jika kita merenung-renung, sepertinya tiap kejadian, tiap fase yang dilalui dalam kehidupan, tiap masalah yang menyambangi keseharian, pastilah satu kata ini kerap muncul dalam pikiran; rumit. Ya, betapa rasanya rumit sekali hidup ini. Betapa rumitnya siklus yang harus dijalani. Betapa rasa-rasanya akan lebih sederhana jika hidup ini berjalan dengan mulus dan lurus saja. 


Pernahkah kita merasa begitu beratnya ujian yang dihadapi? Lalu kita marah, merutuk dan merasa tak bisa menerima atas sesuatu yang dirasa tak adil dari sisi pandangan kita yang begitu kerdil. Padahal salah satu sebab ujian itu menjelma adalah tersebab  banyaknya dosa yang kadang-kadang tak disadari oleh para pelakunya.


Sejenak, cobalah mengingat pada banyaknya dosa yang telah kita lakukan, tapi selalu diberi kesempatan lagi dan lagi untuk kembali dan bersimpuh menaubati. Tatkala diri begitu lena dengan gelimang dosa yang menyelimuti jiwa, maka pengingat untuk kembali pada jalan yang lurus itu kembali hadir melalui ujian-ujian yang mulai menjelma. 


Sadarkah? Betapa waktu-waktu terbaik kita untuk menangisi segala dosa dan menyandarkan diri dan serta harapan sepenuhnya hanya pada-Nya adalah saat dimana kita merasa begitu lemah dan hampir berputusasa. Saat dimana kita pada akhirnya menyadari bahwa tidak ada pertolongan yang didatangkan oleh sesama hamba. Saat dimana kita pada akhirnya menelan kenyataan pahit karena telah dengan beraninya menggantungkan harap pada seonggok daging bernyawa yang disebut manusia. 


Mungkin, kita memang harus terus diuji dengan begitu beratnya untuk menjaga diri agar tetap pada koridor yang diridhoi. Agar kita segera menginsafi, “sudah layakkah diri ini disebut dengan orang beriman?”


Tak selamanya rumit itu membuat kita merugi, dan sebenarnya tak semua masalah itu serumit yang diduga hati. Rumit itu jika kita tak mampu menarik benang merah dan hikmah dari ujian yang dihadapkan lalu memaksakan diri berpikir keras untuk bisa menyimpulkan. Padahal hanya Dialah Yang Maha Mengetahui, sedangkan kita hanya seorang hamba yang tugasnya menjalani sembari terus meluruskan prasangka hati. 


Berpasrah dan menggantungkan harap hanya pada-Nya setelah memaksimalkan segala usaha untuk melewati segala ujian yang ada, mudah-mudahan segala beban yang semula dirasa begitu berat akan menjadi  ringan dan mudah untuk dilalui tanpa kekhawatiran berlebihan lagi. Sekelumit rumit yang terkadang datang mencubit, mengingatkan kita untuk bersegera bangkit karena semakin banyak ujian menjelma, akan semakin dekat pertolongan-Nya pada kita.


A Note For Myself – Wirdha Listiani

Sekelumit Rumit - A Note For Myself  Sekelumit Rumit - A Note For Myself Reviewed by Wirdha Listiani on November 05, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.