Idola Sepanjang Masa - A Note For Myself


Idola, membicarakan tentangnya pasti akan berkaitan dengan kita semua. Siapa yang tidak memiliki idola atau panutan dimasa sekarang ini? Masa dimana kita bisa dengan mudahnya mengakses berbagai informasi dan mengenali lebih dalam begitu banyak tokoh yang katanya begitu menginspirasi.  Tak cukup sekadar kenal, buku-buku biografi bahkan kebiasaan harian sang tokoh pun barangkali menjadi pencarian ter-update  kita. Tak cukup sekadar tokoh, kalangan artis, selebriti, olahragawan, penyanyi, seniman, penulis, dan lain sebagainya pun cukup banyak diidolakan. Bahkan beberapa malah memiliki fandom tersendiri untuk sebutan bagi kelompok penggemar.


Ah, bicara tentang idola memang tak akan ada habisnya. Sosok mereka akan selalu tampil mendekati kata sempurna dalam sudut penggambaran kita. Kita terpesona  lalu mengandai untuk bisa berjumpa dan meneladani serta memiliki pencapaian yang sama dengannya. Kita rela menghabiskan waktu yang sangat berharga karena keterbatasannya ini untuk bisa mencari dan menggali sedalam-dalamnya sosok yang diidolai. 


Sampai suatu titik, pernahkah kita bertanya pada diri “Sudah benarkah caraku mengidolakan mereka ini?” atau “Benarkah pilihanku untuk mengidolakan sosok mereka ini?”. Sementara sudut-sudut hati yang paling jujur itu sebenarnya memberontak dan tak suka tatkala diri berupaya terlalu keras untuk  mengenal sosok yang begitu jauh jangkauannya dari kita. 


Ada sosok lain yang begitu dekat dan telah sepantasnya dan sepatutnya menjadi idola untuk kita semua. Ada sosok lain yang sebelum kita mencoba mengenal pribadinya untuk meneladani dan mencintai, ia telah jauh lebih dulu mencintai diri ini. Dialah sosok Rasulullah s.a.w yang dengan kesempurnaan akhlak yang dimiliki telah menjadi rahmatan lil ‘alamin. Dialah Rasul yang bahkan hingga hampir tiba saat perpisahan dengan dunia masih saja yang terpikir adalah ummatnya. “Ummati.. Ummati ..” Mari duduk sebentar dan coba mengenali lebih dalam bagaimana kecintaan Baginda pada kita. 


Pernah suatu ketika Rasulullah ditanyakan oleh Aisyah r.a mengenai ujian apa yang paling menyulitkan selama berdakwah dan begitu terbayang dalam hidup Beliau hingga saat itu, lalu Rasulullah menyatakan bahwa peristiwa yang paling membekas dalam ingatan Beliau adalah ketika perjalanan menuju Thaif. Seperti kita ketahui saat itu setelah menempuh perjalanan yang begitu jauh dan menaruh harapan diterima disana. 


Alih-alih diterima, Rasulullah dan Zaid justru dilempari dengan bebatuan hingga darah mengalir dari wajah Beliau. Barangkali kita mengira kejadian itulah yang membuat perjalanan ke Thaif begitu membekas bagi Rasulullah, tapi ternyata itu salah. Begitu mulianya Beliau, yang membuat perjalanan itu membekas adalah tersebab Rasulullah masih terbayang saat-saat mereka melarikan diri melewati hutan. 


Ketika darah bercucuran, Rasul segera menyekanya menggunakan baju karena takut tetesan darah itu menjatuhi bumi dan menyebabkan kemurkaan Allah turun tanpa aba-aba lagi pada Rasul-Nya. Beliau takut para malaikat melemparkan gunung-gunung disana dan meluluhlantakkan Thaif sembari berdo’a dan berharap akan ada generasi muslim yang lahir dari para penolak dakwahnya hari ini. Qadarullah, hingga saat ini seluruh warga Thaif  telah menjadi muslim dan ada beberapa tokoh perjuangan yang lahir dari tanah yang pernah menolak kehadiran Rasulullah.


Lihat? Betapa besar cinta Beliau kepada kita. Betapa besar harapan yang dilangitkan Beliau untuk ummatnya. Lalu mengapa kita kini melabuhkan cinta kepada para idola yang belum tentu mendekatkan kita pada Sang Pencipta atau bahkan bisa jadi telah menjauhkan kita dari hidayah-Nya.


Allah.. Allah..  Allah.. Ampuni kami yang lalai ini. Semoga Engkau izinkan kami bersua dengan Rasul-Mu kelak di syurga dan mempersembahkan bukti cinta terbaik kami padanya di dunia ini. Shalawat dan salam untukmu ya Rasullullah.


A Note For Myself – Wirdha Listiani

Idola Sepanjang Masa - A Note For Myself  Idola Sepanjang Masa - A Note For Myself Reviewed by Wirdha Listiani on November 05, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.