Halo, perkenalkan. Saya adalah satu dari ribuan atau bahkan jutaan pemuda dalam usia produktif di Indonesia. Pemuda usia produktif yang kadang-kadang masih tergoda untuk rebahan dan bermalasan ria. Iya, saya. Atau kamu juga pernah merasa seperti itu, ya? Ah, baiklah. Kalau begitu tulisan ini adalah tentang kita.
Kita, yang masih dianugerahi kesehatan dan kelapangan masa di usia muda tapi mungkin lebih banyak keluh dan protesnya dibanding mereka yang telah berusia senja. Disuruh ngerjain sesuatu, ngeluh. Dikasi amanah, ngeluh. Diberi pekerjaan, ngeluh. Jangan-jangan ketika diberi kepercayaan, kita juga lagi-lagi akan mengeluh jika ternyata tak sesuai ekspektasi yang diharapkan. Padahal hidup itu adalah tentang bagaimana kita menghadapi berbagai tantangan, bukan ?
Sadarkah, selama ini barangkali kita lebih banyak melontarkan keluhan daripada kesiapan melaksanakan tugas ataupun pekerjaan yang diamanahkan. Barangkali kita juga lebih banyak menuliskan kalimat-kalimat protes atau bahkan cacian dibandingkan menyalurkan ide-ide gebrakan perubahan yang berseliweran dalam pemikiran. Lalu bisa jadi, kita lebih banyak menghabiskan masa untuk sesuatu yang entah apa manfaatnya untuk kita daripada melakukan kegiatan-kegiatan positif yang bisa mendatangkan manfaat bagi sesama.
Arief Subgja pernah menuliskan nasihat yang singkat namun padat dan mampu membangkitkan semangat untuk para pemuda, “Punya visi saja tak cukup, kamu harus punya energi dan keberanian untuk menggapainya. Posisimu sebagai pemuda saja tak cukup, kamu harus bawa perubahan negeri ini ke arah yang lebih baik. Jadilah pemuda pencari solusi, solusi untuk Indonesia. Dan jadilah pemuda yang berani membawa perubahan.”
Nah, jadi begitu. Pemuda itu harus banyak berpikir dan bergerak. Ibaratnya, kromosom pemuda itu sudah pasti mengandung genetika perubahan, yang senantiasa bergelora untuk merealisasikan banyak rencana. Banyak ide, banyak pula energinya. Jangan lagi dikit-dikit ngeluh dipertengahan jalan. Kurangi keluh, banyakin peluh. Hingga nanti memori kitapun penuh dengan pahit-manis kenangan menuju perubahan yang dicita-citakan. Perubahan pribadi, syukur-syukur jika turut menyumbang perubahan bagi Ibu Pertiwi. Semangat membawa perubahan, wahai kita para pemuda.
A Note For Myself – Wirdha Listiani
Tidak ada komentar: