Sering, entah secara sadar ataupun tidak, kita kerap terjebak dalam zonasi perbandingan diri. Niat awalnya adalah untuk melejitkan motivasi dan membakar semangat diri. Tapi akhirnya, kita lebih sering tenggelam dalam rasa ketidakpercayaan diri.
Rasanya, kalau ingin membanding-bandingkan prestasi, selalu ada saja yang lebih diatas diri ini. Rasanya, kalau ingin membanding-bandingkan penghasilan, selalu ada saja yang lebih dari saku sendiri. Apatah lagi, kalau ingin membanding-bandingkan amal, selalu ada saja yang lebih sholeh-sholehah dari segenap penjuru negeri.
Karna memang tak ada secuilpun hak dan kapasitas kita selaku hamba, untuk memiliki kesombongan didalam dada. Juga, tak perlu lagilah rasa-rasanya memperbandingkan diri dengan yang lainnya, karena memang tak akan pernah ada habisnya, pun tidak juga tepat pada tempatnya.
Secara bahasa, perbandingan bermakna membandingkan dua nilai atau lebih dari suatu besaran yang sejenis. Ingat; sejenis. Membandingkan dua pribadi agaknya sudah menyalahi aturan ini. Seberapa dekat dan mirippun kita dengan mereka, sungguh tidak akan sama persis kondisi yang dialami. Maka sangat tidak adil jika kemudian kita membandingkan diri ini secara bulat-bulat dengan mereka yang tampaknya jauh lebih bersinar disana.
Perbandingan yang tepat justru ketika kita melihat lebih dalam perbedaan pencapaian diri di hari kemarin dengan diri di hari ini.
Bukankah sering dikatakan ;
"Orang yang celaka adalah mereka di hari ini lebih buruk daripada mereka sendiri di hari kemarin,
Orang yang merugi adalah mereka yang hari ini masih sama saja seperti mereka pada hari kemarin,
Dan orang yang beruntung adalah mereka yang hari ini menjadi lebih baik dibandingkan dirinya di hari kemarin."
Jangan bilang ini hanya tentang dunia, maka tak perlu terlalu merisaukannya. Benar, dunia ini fana, akhiratlah yang kekal selamanya. Tapi untuk mencapai kekekalan yang dipenuhi kebaikan, perlu investasi yang harusnya tak segan-segan.
Bukankah dunia merupakan tempat berlelah ria, menyiapkan bekal terbaik sebanyak yang kita bisa, sebelum tiba pada batas usia ?
Semoga kita senantiasa bisa menjaga konsistensi untuk menjadi lebih baik lagi,
Dari masa ke masa, dimana tarikan dan helaan napas ini masih menjelma.
A Note For My Self – Wirdha Listiani
Tidak ada komentar: