Diperbatasan dan persimpangan tertentu, barangkali kita butuh berehat, mengistirahatkan segala penat. Sejenak berpikir dan merenungkan kembali potongan kisah yang telah terlewati sehingga mengantarkan kita disini, di titik ini. Titik dimana kita telah menikmati begitu banyak momen berharga yang sebelumnya tak pernah terbersit dalam duga. Titik dimana kita sebenarnya telah berada pada tempat dan pencapaian terbaik kita.
Hari ini, di titik ini pula, kita seolah merasa diri begitu terhimpit dan terhenyak oleh keadaan. Pacuan waktu seolah menggiring kita ke dalam nuansa adu cepat pencapaian. Lalu kita merasa begitu tak berdaya untuk menghadapi ujian yang kini menjelma, merasa begitu tertinggal dari mereka yang tampaknya telah menjadi pribadi yang lebih fenomenal, merasa begitu kerdil untuk sekadar menyuarakan pendapat bermodal kertas dan pensil.
Percayalah, itu hanya sebagian fatamorgana dan ilusi pencapaian semata. Seseorang yang terlihat begitu sempurna, pasti memiliki kekurangan meski masih belum terlihat oleh kita, dan memang bukan kepentingan kita untuk mengetahui kekurangannya. Sebaliknya, dibalik pencapaian mereka pasti juga diwarnai oleh kisah-kisah perjuangan yang barangkali tidak semuanya dirasa perlu untuk dipublikasikan. Namun yang pasti, tidak ada hasil yang didapatkan oleh mereka yang berleha dan tak mau memaksimalkan usaha.
Poin penting yang dapat kita ambil dari perenungan dan perbandingan sesaat ini adalah bahwasanya setiap kita pasti memiliki potensi tersendiri, terlepas dari cepat-lambatnya kita mencapai titik dimana kesadaran dan pemanfaatan potensi diri itu kita sadari. Putus asa dan kehilangan kepercayaan diri hanya akan terjadi pada mereka yang tidak menyadari betapa besar nikmat yang telah Tuhan beri. Dalam pacuan waktu yang tak tentu dimana batas itu tertuju, cukuplah kita menjadi sebaik-baik pribadi terlebih dahulu. Menjadi pribadi yang senantiasa berupaya menjadi terbaik menurut versi kita, bukan versi mereka. Dalam pacuan waktu yang masih tak tentu itu, semoga kita menjadi satu diantara mereka yang mampu memaksimalkan potensi diri dan mengalahkan segala hawa nafsu, termasuk nafsu yang mencegah diri untuk mensyukuri nikmat Tuhanku.
A Note For Myself – Wirdha Listiani
Tidak ada komentar: