Cara Muslimah Memperjuangkan Cinta

Assalamu'alaikum sahabat,
Sahabat pernah jatuh cinta ? Wah, itu patut disyukuri atau diwanti-wanti ya ? Bagaimana ya Islam memandang cinta dan bagaimana jika seorang muslimah jatuh cinta ? 

Cara Muslimah Memperjuangkan Cinta
sumber: weknowyourdreams.com

Cinta adalah suatu kelumrahan bahkan fitrah yang diciptakan Allah bagi setiap insan di dunia ini. Cinta kemudian melahirkan perwujudan kasih sayang dan pengorbanan bag mereka yang merasakannya. Sebagai muslimah, adalah wajar dan normal jika merasakan jatuh cinta, terutama kepada lawan jenisnya. Namun sebagai muslimah pula, segala aspek dalam kehidupan telah ada aturan yang mendasari setiap perbuatan serta solusi bagi setiap permasalahan, termasuk dalam hal cinta.
Islam mengatur dengan tegas batasan dalam konteks pergaulan antara laki-laki dan perempuan dalam kesehariannya. Batasan yang dimaksud diantaranya adalah menahan pandangan, mengenakan pakaian yang sopan sesuai syari’at serta mematuhi adab-adabnya, menjauhkan diri dari bau-bauan yang harum, tidak berduaan serta sebatas keperluan yang dikehendaki bekerja sama.  Menghindari perkataan yang merayu, berjalan dengan tidak memancing pandangan, serta tidak berlenggak-lenggok merupakan bagian dari adab yang harus dipatuhi dalam pergaulan.
Lantas bagaimana tatkala adab tersebut telah dipatuhi namun benih-benih cinta tetap bersemi ? Berbahagialah, karena itu merupakan bagian dari ketetapan-Nya.  Allah yang menciptakan rasa cinta itu untuk kemudian membuat insan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Didalam Q.S Adz-Dzariyat ayat ke-49 Allah telah menginformasikan bahwasanya setiap kita diciptakan saling berpasangan untuk mengingat kebesaran-Nya.
Banyak sekali dalil yang menceritakan dan menjadi landasan hukum dalam memaknai cinta, dan pada akhirnya ketika cinta yang dibahas adalah cinta kepada lawan jenis, akan selalu bermuara kepada kebahagiaan dan saling melengkapi dalam suatu ikatan pernikahan. Cinta menuntut suatu pembuktian baik dari ungkapan secara lisan maupun bentuk perilaku yang sinkron dengan perasaan cinta yang dirasakan. Perwujudan perasaan itu adalah dengan segera mengikat kedua insan dalam suatu pernikahan.
Tatkala keduanya belum mampu menunaikan, maka cukuplah diam dan mengalihkan euforia cinta kepada semangat memperbaiki diri dan melakukan kegiatan bermanfaat lainnya. Adalah salah jika cinta kemudian dijadikan alasan untuk melegalkan zina, baik perbuatannya secara langsung maupun perbuatan yang menjadi pintu-pintu masuknya, seperti perkhalwatan (berdua-duaan) atau campur baur yang tidak memenuhi aturan Islam. Cara terbaik untuk menyikapinya adalah dengan menyadari bahwa perasaan tidaklah bersalah selama tidak diiringi dengan perbuatan yang bertentangan. Meluruskan niat akan cinta yang dirasakan, menjaga pandangan serta menjauhi zina, mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki diri dan kesibukan yang bermanfaat adalah bagian dari upaya memperjuangkan cinta  karena-Nya.
Sudah menjadi kisah yang diketahui bersama tentang bagaimana seorang Fatimah Az-Zahra yang menjaga rapat-rapat rahasia hatinya yang senantiasa bergejolak setiap bertemu pemuda bernama `Ali bin Abu Thalib. Bahkan mahsyur diceritakan bahwa Syaitan sekalipun tidak mengetahuinya tatkala mereka belum dinikahkan. Perintah menikahkan keduanya yang datang dari Allah secara langsung telah membuktikan bahwa menjaga kesucian cinta semata-mata karena-Nya pasti akan mendapat balasan yang baik dan sepadan atas pengorbanan yang diberikan dengan tidak mengumbar rasa cinta bukan pada tempatnya. Hal ini bisa dicontoh para muslimah dalam memperjuangkan sebuah cinta dalam diamnya.
Kesabaran akan selalu diuji tatkala rasa cinta itu semakin menggebu. Terkadang ujian hadir untuk memantaskan diri kita sebelum menerima dan merealisasikan serta membuktikan rasa cinta. Begitu cinta menyapa Zainab binti Jahsy, hatinya langsung dipatahkan dengan kehadiran Rasulullah yang dicintai ternyata datang meminangnya untuk  Zaid bin Haristsah yang merupakan putera angkat Beliau sendiri. Berkat kesabarannya dalam menerima takdir dan perintah Allah, akhirnya mereka berpisah dan Zainab kemudian mendapatkan cintanya kembali bahkan dimuliakan dengan gelar Ummul mu’minin.  Sungguh cinta itu harus diperjuangkan dengan kesabaran dan keyakinan yang kuat bahwa tidak akan tertukar jodoh yang telah ditakdirkan untuk kita. Yakin, bersabar dan senantiasa berprasangka baik atas segala ketetapan-Nya.
 Adapun ketika seorang muslimah telah merasa siap secara fisik, psikis maupun aspek-aspek lainnya untuk melaksanakan pernikahan, maka tiada salahnya seorang musimah menyatakan perasaan sesuai aturan Islam (kepada mahram dan pihak bersangkutan) disertai pernyataan keinginan untuk menunaikan suatu pernikahan. Seperti hal nya yang dilakukan oleh Khadijah binti Khuwailid yang bersimpati dan kemudian jatuh hati terhadap akhlak mulia Rasulullah ketika berbisnis bersama.  Khadijah menyampaikan perasaan kepada sahabatnya Nafisah binti Munabbih yang kemudian menemui Rasulullah sehingga akhirnya Beliau datang meminang bersama keluarga Bani Hasyim. Memperjuangkan cinta tidaklah harus menunggu pihak laki-laki saja, seorang muslimah pun dapat melakukannya dengan ikhtiar yang benar tanpa melanggar syari’at Islam dan norma yang berlaku.

Berkaca dari berbagai kisah muslimah pada masa lalu seharusnya menjadi pembelajaran untuk menyikapi kejadian dimasa kini dan mendatang. Meski dalam bentuk, kisah, sosok dan jalan cerita yang berbeda, sejarah akan selalu berulang dengan esensi dan pembelajaran yang sama. Muslimah yang baik tentu akan memetik hikmah dari berbagi kisah tersebut dan menjadikannya teladan dalam memperjuangkan cinta sesuai syari’at-Nya. Wallahu a’lam bisshowab.
Cara Muslimah Memperjuangkan Cinta Cara Muslimah Memperjuangkan Cinta Reviewed by Wirdha Listiani on Desember 07, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.